Salam Perkenalan

Hey Guys and Gurls! Blog ini bukan private blog yang artinya di sini ada banyak banget informasi, lirik, dan berbagai macam tulisan yang pastinya cool and interested to the max! So, if you like it, just post a comment and I'll read it soon, surely. And sure, kalian juga bisa kasih kritik dan saran buat blog ini supaya bisa maju dan nggak cuma gini-gini doang. So, it’s our kingdom, will you join with us?

Sabtu, 22 Februari 2014

Begitulah Kehidupan

Begitulah Kehidupan
By: Valeska Valkyrie

Narator          : Suatu hari, hiduplah seorang putri yang mengadakan pesta topeng untuk memperingati hari ulang tahunnya. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia karena perang kerajaan sepuluh tahun silam. Putri itu bernama Caroline. Ia memiliki seorang kakak laki-laki yang bertanggung jawab sepenuhnya atas hidupnya. Dan diputuskanlah, pada hari ulang tahun Putri Caroline yang ke 17 tahun, ia harus mendapatkan seorang laki-laki untuk dijadikan calon suaminya. Yosua adalah seorang anak rakyat jelata yang tersiksa selama bertahun-tahun oleh ibu dan kedua saudara tirinya. Namun, sejak kecil, ia bercita-cita untuk berdansa dengan sang putri. Karena keinginannya itulah, Tuhan mengirimkan seorang peri untuk membantunya hingga keinginan itu pun tercapai. Namun seperti pada dongeng Cinderella, ia harus meninggalkan istana sebelum tengah malam. Karena terburu-buru, sebelah sepatunya tertinggal di atas tangga istana. Sang putri merasakan tumbuhnya benih-benih cinta pada pria itu dan memutuskan untuk memilihnya menjadi calon suaminya. Karena tekad kuatnya itulah, ia dan Pangeran Raymon, kakaknya, memutuskan untuk menjelajahi seluruh pelosok kerajaan untuk menemukan si pemilik sepatu.

Raymon          : (masuk panggung bersama Caroline) (mengetuk pintu) permisi… apakah ada orang di dalam?
Caroline          : (menarik lengan baju Raymon) Kak, kita sudah berkeliling selama hamper satu minggu dan… hasilnya nihil. Sepertinya…
Raymon          : (menyelat) lalu? Kamu merasa pesimis? Jika sudah bertekad, kita harus berusaha. Jangan mudah menyerah. Kita pasti menemukannya! (mengetuk pintu sekali lagi) permisi… apakah ada orang di dalam?
Gaby               : (setengah berteriak) Iya sebentar! (masuk panggung) (membuka pintu) ahh… (kaget) maaf karena ucapan saya yang kasar. Tapi, ada perlu apa gerangan tuan putri dan pangeran datang kemari?
Raymon          : Begini… pada hari ulang tahunnya, putri telah berdansa dengan seseorang yang akan saya jadikan calon suaminya kelak. Apakah ibu memiliki seorang anak laki-laki yang datang ke pesta dansa malam itu?
Gaby               : (berpikir) oh… iya, tentu saja pangeran. Saya memiliki dua orang anak laki-laki yang pada malam itu menghadiri pesta dansa sang putri.
Caroline          : (senang) benarkah? Bolehkah kami bertemu dengan kedua anak ibu? Seseorang telah berdansa dengan saya pada malam itu. Dan ia meninggalkan sebelah sepatunya di tangga istana. Kedatangan kami kemari adalah untuk mencocokkan sepatu tersebut dengan kaki kedua anak ibu. Jika sepatu itu cocok di kakinya, ia akan saya jadikan calon suami saya dan tinggal di istana.
Gaby               : (berteriak gembira) tentu saja boleh, tuan putri. Mari, silahkan masuk. Rumah saya hanyalah sebuah gubuk yang tak sebanding dengan istana anda. Tak apakah?
Raymon          : Oh… itu sama sekali tak menjadi masalah.
Gaby               : Baiklah… silahkan. Masuklah (menawarkan Caroline dan Raymon untuk masuk)
(Caroline, Raymon, dan Gaby masuk panggung)
Gaby               : Tunggulah sebentar di sini. Akan saya panggilkan kedua anak saya. (setengah berteriak) Bagus! David! (keluar panggung)
Caroline          : (takut) bagaimana kalau ternyata bukan salah satu dari mereka?
Raymon          : Tidak ada salahnya kan mencoba?
(Gaby masuk bersama kedua anaknya) (Yosua mengintip dari kejauhan)
Gaby               : (menunjuk kedua anaknya) ini kedua anak saya. Yang ini bernama Bagus (menunjuk Bagus) dan ini bernama David (menunjuk David)
Caroline          : Jadi…
David              : (menyelat perkataan) mana sepatunya, tuan putri?
Bagus              : Iya. Bolehkah kami mencobanya sekarang?
Gaby               : Sssst! Berkatalah yang sopan!
Raymon          : Tidak apa-apa, bu. Mereka terlihat sangat antusias.
Caroline          : Baiklah, ini sepatunya (mengeluarkan sepatu dari sebuah tas)
(Caroline, Raymon, Bagus, David, dan Gaby mempermasalahkan sepatunya)
(di sisi lain panggung)
Yosua              : (berbisik) itu kan… sepatuku? Tapi… ibu tak memperbolehkanku mencobanya. Peri… kenapa mereka masih saja berbuat jahat padaku? (memohon)
Peri                 : (masuk panggung) kenapa kau memanggilku? Apa mereka masih berbuat jahat kepadamu?
Yosua              : Sepatu yang waktu itu kau berikan padaku. Putri menemukannya dan siapapun yang cocok dengan sepatu itu, dia akan menikah dengan putri. Akulah pemiliknya. Tapi ibu tak memperbolehkanku keluar.
Peri                 : (berdecak lalu berpikir sejenak) hmm… ibumu benar-benar jahat padamu. Apalagi kedua saudara tirimu. Mereka selalu berbuat tidak adil padamu. Baiklah. Aku punya ide! (tersenyum licik) (menyenggol sebuah barang)
Yosua              : (berbisik marah) Apa yang kau lakukan?! Ibu bisa marah!
Peri                 : Aku? Membantumu. (tersenyum) semoga berhasil (keluar panggung)
Raymon          : (mendengar suara) Siapa itu?
Gaby               : (gelagapan) ahh… itu hanya pembantu kami. Memang dia adalah orang yang serampangan.
Bagus              : Dasar si Yosua, pencari onar! (berbisik-bisik dengan David)
David              : Pasti dia berbuat begitu untuk menarik perhatian putri. Dasar licik!
Caroline          : (tatapan bingung) apa kalian mengatakan sesuatu? Yosua? Siapa itu?
David              : Ah… ya seperti yang ibu saya katakan, hanya seorang pembantu.
Raymon          : Laki-laki kah? Kalau memang benar, bolehkah ia juga mencoba sepatu ini? karena dari kedua anakmu, tak ada satupun yang cocok dengan sepatu ini.
Gaby               : (gelagapan) ta… tapi, Yosua hanya pembantu. Ia bahkan tak menginjakkan kaki ke pesta itu.
Caroline          : Biarkan dia mencobanya. Bagaimanapun juga, di rumah ini, ada tiga orang laki-laki.
Gaby               : Tapi…
Raymon          : Sudahlah, panggil dia.
Gaby               : Baiklah. (berteriak dengan nada marah) Yos! Kemarilah!
Yosua              : (masuk panggung menghampiri mereka) ada apa ibu?
Raymon          : Ibu? Kau berbohong? Ia juga anakmu rupanya. Baiklah, coba sepatu itu.
Yosua              : (terdiam) (malu-malu) itu memang sepatuku (mencoba sepatunya dan mengeluarkan pasangannya) aku pergi ke pesta dansa malam itu.
David              : Apa!? Bagaimana bisa?
Bagus              : Bukannya kau berada di dalam rumah? Beraninya kau…
Caroline          : Oh… (tersenyum senang) jadi… kaulah orangnya. Kau yang kucari! Ini memang benar pasangan sepatu itu! Kau akan tinggal di istana dan menjadi calon suamiku.
Gaby               : Apa? (terkejut) (berpikir sejenak) ah iya iya, dia adalah anakku. Jika dia tinggal di istana, keluarganya akan turut serta bersama dia, bukan? (tersenyum ramah)
Raymon          : Bukankah kau tadi tidak mengakuinya? Dia hanya pembantumu kan? Jadi, kalian bukan keluarganya. Baiklah, ayo kita pergi (berwibawa, mengajak Yosua dan Caroline)
Yosua              : Tapi setidaknya (menyela) biarkan mereka tinggal di istana. Aku kasihan pada mereka. Bagaimana pun juga, ia ibu dan saudara tiriku.
Caroline          : Begitu baik hatimu… baiklah. Kalian juga akan tinggal di istana.
Raymon          : (berpikir sejenak) tapi mereka setidaknya harus mendapatkan pelajaran. Kita lihat saja di istana nanti (keluar bersama. Gaby, Bagus, dan David berterima kasih pada Yosua)

Narator          : Ketika mereka tiba di istana, pangeran Raymon menyuruh mereka untuk tinggal di rumah pengasingan selama sebulan dan merenungi perbuatan mereka.  Yosua dan Caroline telah merencanakan sebuah pesta pernikahan megah untuk awal bulan depan. Yosua akhirnya dapat bertemu kembali dengan sang peri dan berterima kasih padanya. Tuhan selalu memberikan kebahagian pada waktu yang telah ditentukan. Dan memaafkan adalah cara terbaik untuk mendapatkan ketenangan dalam diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar