Begitulah
Kehidupan
By: Valeska Valkyrie
Narator : Suatu hari, hiduplah seorang putri
yang mengadakan pesta topeng untuk memperingati hari ulang tahunnya. Kedua
orang tuanya telah meninggal dunia karena perang kerajaan sepuluh tahun silam. Putri
itu bernama Caroline. Ia memiliki seorang kakak laki-laki yang bertanggung jawab
sepenuhnya atas hidupnya. Dan diputuskanlah, pada hari ulang tahun Putri
Caroline yang ke 17 tahun, ia harus mendapatkan seorang laki-laki untuk dijadikan
calon suaminya. Yosua adalah seorang anak rakyat jelata yang tersiksa selama bertahun-tahun
oleh ibu dan kedua saudara tirinya. Namun, sejak kecil, ia bercita-cita untuk berdansa
dengan sang putri. Karena keinginannya itulah, Tuhan mengirimkan seorang peri untuk
membantunya hingga keinginan itu pun tercapai. Namun seperti pada dongeng Cinderella,
ia harus meninggalkan istana sebelum tengah malam. Karena terburu-buru, sebelah
sepatunya tertinggal di atas tangga istana. Sang putri merasakan tumbuhnya
benih-benih cinta pada pria itu dan memutuskan untuk memilihnya menjadi calon suaminya.
Karena tekad kuatnya itulah, ia dan Pangeran Raymon, kakaknya, memutuskan untuk
menjelajahi seluruh pelosok kerajaan untuk menemukan si pemilik sepatu.
Raymon : (masuk panggung bersama Caroline)
(mengetuk pintu) permisi… apakah ada orang di dalam?
Caroline : (menarik lengan baju Raymon) Kak,
kita sudah berkeliling selama hamper satu minggu dan… hasilnya nihil.
Sepertinya…
Raymon : (menyelat) lalu? Kamu merasa pesimis?
Jika sudah bertekad, kita harus berusaha. Jangan mudah menyerah. Kita pasti menemukannya!
(mengetuk pintu sekali lagi) permisi… apakah ada orang di dalam?
Gaby : (setengah berteriak) Iya sebentar!
(masuk panggung) (membuka pintu) ahh… (kaget) maaf karena ucapan saya yang
kasar. Tapi, ada perlu apa gerangan tuan putri dan pangeran datang kemari?
Raymon : Begini… pada hari ulang tahunnya, putri
telah berdansa dengan seseorang yang akan saya jadikan calon suaminya kelak.
Apakah ibu memiliki seorang anak laki-laki yang datang ke pesta dansa malam itu?
Gaby : (berpikir) oh… iya, tentu saja pangeran.
Saya memiliki dua orang anak laki-laki yang pada malam itu menghadiri pesta dansa
sang putri.
Caroline : (senang) benarkah? Bolehkah kami
bertemu dengan kedua anak ibu? Seseorang telah berdansa dengan saya pada malam itu.
Dan ia meninggalkan sebelah sepatunya di tangga istana. Kedatangan kami kemari
adalah untuk mencocokkan sepatu tersebut dengan kaki kedua anak ibu. Jika sepatu
itu cocok di kakinya, ia akan saya jadikan calon suami saya dan tinggal di
istana.
Gaby : (berteriak gembira) tentu saja boleh,
tuan putri. Mari, silahkan masuk. Rumah saya hanyalah sebuah gubuk yang tak sebanding
dengan istana anda. Tak apakah?
Raymon :
Oh… itu sama sekali tak menjadi masalah.
Gaby : Baiklah… silahkan. Masuklah
(menawarkan Caroline dan Raymon untuk masuk)
(Caroline, Raymon, dan Gaby masuk panggung)
Gaby : Tunggulah sebentar di sini.
Akan saya panggilkan kedua anak saya. (setengah berteriak) Bagus! David!
(keluar panggung)
Caroline :
(takut) bagaimana kalau ternyata bukan salah satu dari mereka?
Raymon :
Tidak ada salahnya kan mencoba?
(Gaby masuk bersama kedua anaknya) (Yosua mengintip
dari kejauhan)
Gaby : (menunjuk kedua anaknya) ini kedua
anak saya. Yang ini bernama Bagus (menunjuk Bagus) dan ini bernama David
(menunjuk David)
Caroline :
Jadi…
David :
(menyelat perkataan) mana sepatunya, tuan putri?
Bagus :
Iya. Bolehkah kami mencobanya sekarang?
Gaby :
Sssst! Berkatalah yang sopan!
Raymon :
Tidak apa-apa, bu. Mereka terlihat sangat antusias.
Caroline :
Baiklah, ini sepatunya (mengeluarkan sepatu dari sebuah tas)
(Caroline, Raymon, Bagus, David, dan Gaby
mempermasalahkan sepatunya)
(di sisi lain panggung)
Yosua : (berbisik) itu kan… sepatuku? Tapi…
ibu tak memperbolehkanku mencobanya. Peri… kenapa mereka masih saja berbuat jahat
padaku? (memohon)
Peri : (masuk panggung) kenapa kau memanggilku?
Apa mereka masih berbuat jahat kepadamu?
Yosua : Sepatu yang waktu itu kau
berikan padaku. Putri menemukannya dan siapapun yang cocok dengan sepatu itu,
dia akan menikah dengan putri. Akulah pemiliknya. Tapi ibu tak memperbolehkanku
keluar.
Peri : (berdecak lalu berpikir sejenak)
hmm… ibumu benar-benar jahat padamu. Apalagi kedua saudara tirimu. Mereka selalu
berbuat tidak adil padamu. Baiklah. Aku punya ide! (tersenyum licik) (menyenggol
sebuah barang)
Yosua :
(berbisik marah) Apa yang kau lakukan?! Ibu bisa marah!
Peri :
Aku? Membantumu. (tersenyum) semoga berhasil (keluar panggung)
Raymon :
(mendengar suara) Siapa itu?
Bagus : Dasar si Yosua, pencari onar!
(berbisik-bisik dengan David)
David : Pasti dia berbuat begitu untuk
menarik perhatian putri. Dasar licik!
Caroline :
(tatapan bingung) apa kalian mengatakan sesuatu? Yosua? Siapa itu?
David :
Ah… ya seperti yang ibu saya katakan, hanya seorang pembantu.
Raymon : Laki-laki kah? Kalau memang benar,
bolehkah ia juga mencoba sepatu ini? karena dari kedua anakmu, tak ada satupun
yang cocok dengan sepatu ini.
Gaby : (gelagapan) ta… tapi, Yosua
hanya pembantu. Ia bahkan tak menginjakkan kaki ke pesta itu.
Caroline : Biarkan dia mencobanya. Bagaimanapun
juga, di rumah ini, ada tiga orang laki-laki.
Gaby : Tapi…
Raymon : Sudahlah, panggil dia.
Gaby : Baiklah. (berteriak dengan nada
marah) Yos! Kemarilah!
Yosua : (masuk panggung menghampiri
mereka) ada apa ibu?
Raymon : Ibu? Kau berbohong? Ia juga anakmu
rupanya. Baiklah, coba sepatu itu.
Yosua : (terdiam) (malu-malu) itu memang
sepatuku (mencoba sepatunya dan mengeluarkan pasangannya) aku pergi ke pesta
dansa malam itu.
David :
Apa!? Bagaimana bisa?
Bagus :
Bukannya kau berada di dalam rumah? Beraninya kau…
Caroline : Oh… (tersenyum senang) jadi… kaulah
orangnya. Kau yang kucari! Ini memang benar pasangan sepatu itu! Kau akan
tinggal di istana dan menjadi calon suamiku.
Gaby : Apa? (terkejut) (berpikir
sejenak) ah iya iya, dia adalah anakku. Jika dia tinggal di istana, keluarganya
akan turut serta bersama dia, bukan? (tersenyum ramah)
Raymon : Bukankah kau tadi tidak mengakuinya?
Dia hanya pembantumu kan? Jadi, kalian bukan keluarganya. Baiklah, ayo kita
pergi (berwibawa, mengajak Yosua dan Caroline)
Yosua : Tapi setidaknya (menyela)
biarkan mereka tinggal di istana. Aku kasihan pada mereka. Bagaimana pun juga,
ia ibu dan saudara tiriku.
Caroline : Begitu baik hatimu… baiklah. Kalian
juga akan tinggal di istana.
Raymon : (berpikir sejenak) tapi mereka
setidaknya harus mendapatkan pelajaran. Kita lihat saja di istana nanti (keluar
bersama. Gaby, Bagus, dan David berterima kasih pada Yosua)
Narator : Ketika mereka tiba di istana,
pangeran Raymon menyuruh mereka untuk tinggal di rumah pengasingan selama
sebulan dan merenungi perbuatan mereka.
Yosua dan Caroline telah merencanakan sebuah pesta pernikahan megah untuk
awal bulan depan. Yosua akhirnya dapat bertemu kembali dengan sang peri dan
berterima kasih padanya. Tuhan selalu memberikan kebahagian pada waktu yang
telah ditentukan. Dan memaafkan adalah cara terbaik untuk mendapatkan
ketenangan dalam diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar