Salam Perkenalan

Hey Guys and Gurls! Blog ini bukan private blog yang artinya di sini ada banyak banget informasi, lirik, dan berbagai macam tulisan yang pastinya cool and interested to the max! So, if you like it, just post a comment and I'll read it soon, surely. And sure, kalian juga bisa kasih kritik dan saran buat blog ini supaya bisa maju dan nggak cuma gini-gini doang. So, it’s our kingdom, will you join with us?

Senin, 05 Desember 2011

Lilypad, Kota Terapung Ramah Lingkungan



Isu global warming kian mencuat beberapa tahun terakhir. Namun, isu itu tidak selalu direspon negatif. Para penemu justru termotivasi untuk membuat berbagai penemuan baru yang ramah lingkungan ataupun dapat menghadapi efek global warming. Sebut saja beberapa teknologi ramah lingkungan terbaru seperti mobil bertenaga udara tanpa polusi, mesin pencuci pakaian yang menggunakan kurang dari 2 persen air dan energi (Xeros), serta ecolaptop, notebook dengan bambu sebagai cover-nya, plastik yang dapat didaur ulang sebagai elemennya, tanpa cat dan elektroplating.
Arsitek dari Belgia, Vincent Callebaut, juga tak mau ketinggalan. Ia mengajukan terobosan baru untuk menghadapi masalah kenaikan permukaan air laut. Kenaikan tersebut disebabkan oleh mencairnya sumber es raksasa di Benua Antartika dan Greenland serta kumpulan gletser yang ada di berbagai daerah. Menurut ramalan GIEC (Intergovernmental Group on the Evolution of the Climate), permukaan air laut sudah naik 20 – 90 cm pada abad 21 dengan nilai rata-rata 50 cm (pada abad 20, nilai rata-rata sebesar 10 cm). Para ilmuwan dunia memperkirakan bahwa kenaikan temperatur sebesar 1°C akan menyebabkan peningkatan ketinggian permukan air laut sebesar 1 meter. Peningkatan tersebut akan menenggelamkan daratan sekitar 0.05% di Uruguay, 1% di Mesir, 6% di Belanda, 17.5% di Bangladesh dan 80% di Kepulauan Marshall dan Kiribati hingga Kepulauan Maladewa. Hal ini akan mempengaruhi lebih dari 50 juta orang yang ada di negara berkembang. Daratan yang tidak tenggelam akan memiliki tingkat pencemaran keasinan air laut yang tinggi sehingga akan merusak ekosistem lokal. Akibatnya, kota-kota seperti New York, Bombay, Calcutta, Hô Chi Minh City, Shanghai, Miami, Lagos, Abijan, Jakarta, dan Alexandria akan menghasilkan lebih dari 250 juta pengungsi.
Solusi yang ditawarkan oleh Vincent Callebaut adalah Lilypad, kota terapung yang merupakan prototipe kota amfibi dengan sebagian daerah akuatik dan sebagian lagi daerah daratan. Kota ini mampu mengakomodasi 50.000 penduduk dan dapat menghidupi dirinya sendiri. Lilypad dapat mengembangkan flora dan faunanya di sekitar danau yang dapat menampung dan menjernihkan air hujan. Kota ini didesain dengan 3 marina dan 3 gunung yang direkomendasikan untuk perkantoran, pertokoan, dan tempat hiburan. Seluruh daerah ditutupi oleh perumahan dan taman serta jalan dan gang dengan outline organik. Dengan adanya kota ini, diharapkan dapat tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dan alam serta dapat mendalami mode baru untuk tinggal di laut dengan bangunan yang dapat bergerak.


Lilypad

Struktur mengapung Lilypad diinspirasi oleh daun lili yang diperbesar 250 kali. Kulitnya yang tebal terbuat dari serat polyester yang dilapisi dengan titanium oksida seperti anatase sehingga dapat mengabsorbsi polusi atmosfer dengan efek fotokatalitik. Lilypad dapat mengatasi 4 masalah utama manusia menurut OECD pada Maret 2008, yaitu iklim, biodiversitas, air, dan kesehatan. Kota ini mencapai neraca energi yang positif tanpa emisi karbon dengan integrasi energi terbarukan (solar, energi panas dan fotovoltaik, energi angin, hidraulik, energi osmotic dan biomassa) sehingga menghasilkan energi lebih banyak dari yang terpakai. Ecopolis terapung ini juga dapat menghasilkan dan melunakkan oksigen dan listrik sendiri dengan mendaur ulang karbon dioksida dan limbahnya, dan menjernihkan serta melunakkan air yang sudah terpakai.
Saya sangat setuju dengan terobosan cemerlang ini. Andaikan saja bumi akan benar-benar tenggelam, terobosan ini dapat sangat berguna dan membantu mensejahterakan masyarakat. Terobosan ini ramah lingkungan dan tak merepotkan masyarakat. Trobosan ini sangat efektif untuk digunakan. Sebenarnya, terobosan ini tidak perlu dipakai apabila bumi tidak tenggelam. Apa sebab bumi tenggelam? Semuanya mungkin menjawab global warming. Namun, sebenarnya, penyebab utama tenggelamnya bumi adalah karena hutan gundul yang tidak ditanami kembali.
Hutan terdiri dari ribuan tanaman. Tanaman merupakan sumber oksigen terbesar di dunia. Tanaman menghasilkan oksigen sebagai hasil dari fotosintesis, dan menyerap karbondioksida sebagai bahan berfotosintesis. Dengan banyaknya tanaman yang ada, banyak oksigen diproduksi dan banyak karbondioksida berkurang. Kita tahu, di zaman sekarang ini, alat-alat tekhnologi menjadi sumber kebutuhan utama. Misalnya kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor menghasilkan banyak polusi udara yang bisa berupa gas karbondioksida maupun karbonmonoksida. Kedua gas itu merupakan racun bagi tubuh. Adanya banyak tanaman merupakan cara terefektif untuk mengurangi polusi udara di bumi. Namun kini, semua itu seperti terasa mustahil bagi kita, karena hutan gundul lebih banyak kita temui daripada hutan hijau.
Pemerintah kota Pasuruan rupanya juga tak ingin hutan hijau milik kita punah. Pemerintah kota Pasuruan sudah mengantisipasi hal itu dengan kegiatan semacam Go Green. Kadang, Pemerintah mengadakan kegiatan Go Green di kawasan yang gundul. Kini, alun-alun kota Pasuruan tampak indah dan asri dengan berbagai tanaman. Itu juga karena program Go Green yang diadakan Pemerintah.
Maka dari itu, kita sebagai manusia harus sadar dan mengerti arti penting hutan bagi kita. Meskipun sudah ada terobosan seperti Lilypad, bukankah lebih nyaman bila kita tinggal di lingkungan alami kita yang sudah tercipta apa adanya itu? Apakah manusia ingin bumi lenyap? Ayo, bangkitkan bumi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar