Hanyalah Sekedar Tulisan Kecil Untukmu… IBU
By: Valeska Valkyrie
Ini adalah
sebuah tulisan. Sebuah tulisan yang menceritakan bagaimana hebatnya sosok
seorang ibu dalam hidupku. Bagaimana berharganya sosok seorang wanita yang
telah melahirkanku. Ya, ibu.
Terkadang, aku
bermimpi, berharap, dan berdoa agar aku bisa menjadi seorang gadis normal. Menjadi
gadis seperti yang lain. Menjadi seorang gadis yang menjalani hidupnya dengan
bahagia. Seperti yang selalu diceritakan dalam kisah cinta dalam dongeng. Namun…
inilah aku. Aku adalah seorang gadis yang berbeda dari yang lain. Seorang gadis
yang harus bertahan sejak kecil, berjuang dalam kesendirian setiap harinya karena ibuku
harus meninggalkanku untuk bekerja. Namun… aku sangat bahagia
karena memiliki ibu paling menakjubkan di seluruh dunia.
Ya, beginilah
kisahku. Namaku Caroline. Aku dilahirkan pada hari kamis bulan Agustus tahun
1997 pada tanggal 14. Aku dilahirkan oleh seorang ibu terhebat yang pernah aku
kenal. Ibu paling tegar dan kuat yang pernah ada dalam benakku. Aku lahir tepat
pada pukul 10 lewat 50 menit.
Aku dibesarkan
dalam lingkungan yang keras karena watak ayahku dan didikannya sejak kecil. Ia pemarah
dan tak menyukai keributan. Ketika aku, seorang gadis yang masih berumur 4
tahun ini, menangis tanpa henti, ia akan benar-benar memukuliku agar aku
berhenti menangis. Setelah banyak bekas luka di tubuhku, aku segera melarikan
diri menuju ruangan kamarku dan mengunci pintu itu. Aku meringkuk di pojokan
dan hanya bisa menangis serta menahan rasa sakit yang kurasa menjalari seluruh
tubuhku. Namun beberapa menit kemudian, seseorang akan datang mengetuk pintu
dan meminta maaf serta mengobati semua lukaku dengan tangan lembutnya. Dia
adalah ayahku sendiri.
Suatu hari, di
hari kelam pada tanggal 29 Mei 2003, Tuhan memutuskan untuk mencabut nyawa
ayahku untuk selama-lamanya. Penyakit kanker yang dideritanya selama dua tahun
terakhir ini telah membuat jantungnya berhenti berdetak. Dan karena kejadian
itulah, takdir hidupku dan hidup ibuku… diubah.
Ibu menjadi
sosok seorang pahlawan satu-satunya dalam hidupku sejak hari kelam kematian
ayahku itu. Sosok seorang ibu yang rela bekerja dari saat ketika ayam mulai berkokok
hingga matahari bersembunyi di balik kegelapan. Sosok seorang ibu yang rela
bermandikan keringat setiap harinya hanya untuk menghidupiku dan membiayai
sekolahku. Dan kini, satu-satunya yang bisa aku lakukan hanyalah… membiarkan
dunia mengetahui kisah ini, kisah tentang bagaimana seorang ibu membesarkanku
seorang diri.
Ibu merupakan
sosok seorang pahlawan yang sangat berharga bagiku. Seorang wanita yang tanpa
kenal lelah selalu menasehatiku atas segala kesalahanku. Setiap tetes air
matanya jatuh ketika melihatku ikut terjatuh dalam duka. Duka karena sosok
cinta pertama yang tragis, duka karena kehilangan sahabat, dan segala duka yang
kualami. Dan hanya ini yang dapat kutuliskan untukmu, Ibu. Sebagai tanda terima
kasihku atas segala yang telah kau berikan kepadaku. Waktu, tenaga, keringat,
air mata, nasehat, tawa, canda, bahagia, dan dukunganmu yang tiada henti walau
dunia berhenti berputar sekalipun… hanya tulisan kecil ini yang mampu
kupersembahkan untukmu. Tulisan pun tak dapat mengutarakan bagaimana besarnya
rasa sayangku padamu. Ibu, kaulah segalanya dalam hidupku…
Sebuah
surat dari kami, anakmu yang tak pernah sempurna
Untuk seorang malaikat
terindah yang pernah ada dalam hidup kami
Sejarah Kelahiranku Di Dunia
Terima kasih ibu
sudah mau berjuang selama 9 bulan. Kenangan-kenangan yang takkan kulupakan saat
berada dalam kandunganmu adalah… ketika ibu memperdengarkan nyanyian untukku,
dan bernyanyi bersamaku meski saat itu aku hanya bisa mendengar senandungmu dalam
kandungan. Ketika ibu membelaiku dengan lembut dan berkata, “nanti mau cewek
atau cowok, mama akan tetap menyayangimu dan akan selalu menyayangimu.” Ketika
ibu berkata kepadaku sambil membawa sesendok nasi, “makan yang banyak dan cepat
lahir ya. Biar mama nggak sendirian lagi waktu papamu kerja.”
Tidak hanya kenangan manis, ada juga
kenangan pahit di masa-masa itu. Ketika ibu harus berjuang menahan rasa mual
yang setiap jam, menit, detik datang menyiksamu. Dan kenangan terpahit datang
menjelang hari kelahiranku. Saat ibu dan ayah bertengkar karena proses
kelahiranku yang tidak berjalan sesuai rencana. Ketika ibu dan ayah harus
memilih antara kehilangan ibu atau kehilangan aku. Namun, meskipun itu artinya
menantang maut, ibu tetap bersikukuh melahirkanku ke dunia. Sempat kudengar ibu
berkata sambil menangis dan tersenyum, “meski mama harus mati demi ini, mama
hanya menginginkan satu hal. Mama pengen kamu lahir dan melihat dengan mata
kepalamu sendiri, dunia indah tempat mama dan papamu bertemu.”
Sekarang, aku telah lahir di dunia. Dan apa
balasku? Kerap kali telah kubuat air mata menetes dari kedua matamu. Kerap kali
kusebabkan kau jatuh sakit. Dan tidak jarang pula kubuat kau menderita karena
ulahku. Namun meski begitu, kau tak pernah membenci apalagi mendendam padaku.
Meski harus menangis sekalipun, kau tetap berkata, “aku menyayangimu.”
Kini ku telah sadar siapakah dirimu di
hidupku. Terima kasih Tuhan… Engkau telah mengirimkanku seorang malaikat tak
bersayap untuk kupanggil dengan sebutan ibu,
yang selalu melindungi dan menjagaku, merawat dan membimbingku. Malaikat baik
hati yang rela mengorbankan apapun (bahkan nyawanya sekalipun) agar aku dapat
melihat dunia yang dilihatnya. Kasih-Mu, Tuhan, Kau tunjukkan lewat
perantaranya. Karenanya lah, sampai saat ini, aku bisa bernafas di dunia ini,
bisa melihat keindahan dunia dengan kedua mataku, bisa menyentuh dunia dengan
kedua tanganku. Jasamu, ibu, takkan mampu terbalaskan dengan apapun upayaku.
Terima kasih… hanya kata itu yang dapat kukatakan. Terima kasih telah
melahirkanku. Terima kasih telah merawat, membimbing, dan menjagaku. Terima
kasih untuk selalu ada di saat apapun dalam hidupku. Terima kasih telah
menyayangiku. Terima kasih...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar