Salam Perkenalan

Hey Guys and Gurls! Blog ini bukan private blog yang artinya di sini ada banyak banget informasi, lirik, dan berbagai macam tulisan yang pastinya cool and interested to the max! So, if you like it, just post a comment and I'll read it soon, surely. And sure, kalian juga bisa kasih kritik dan saran buat blog ini supaya bisa maju dan nggak cuma gini-gini doang. So, it’s our kingdom, will you join with us?

Minggu, 26 Januari 2014

Sepotong Cinta Belahan Bumi

Sepotong Cinta Belahan Bumi
By: Valeska Valkyrie


Adegan 1
Narator            : Berbagai Negara memiliki kisah cintanya sendiri-sendiri. Memiliki sejarah romantis yang berbeda-beda. Juga memiliki akhir yang tak selalu sama. Kisah ini berawal dari cerita seorang gadis di London. Seorang gadis yang merasa hidupnya tak berarti lagi sejak tunangannya membatalkan pernikahan begitu saja tepat di hari itu, hari Valentine kelam itu…

(Isabel sudah berada di panggung. Duduk sendiri)
Isabel               : (Memandangi sebuah surat undangan pernikahan) HAHAHA~ (tertawa keras kemudian menangis) Rachel memang lebih baik dari aku. Gimanapun juga, dari awal hubungan kita pun, aku tau kalo aku nggak pernah cocok sama Alex. Aku sadar! Tapi… (menunduk, masih menangis) gimanapun juga, aku udah terlanjur sayang sama dia. I’m just love him and only him. Just… wanna be with him. Am I wrong? Apa aku salah kalo aku sayang kamu? Kalo emang sayang sama kamu itu sebuah kesalahan… aku mending milih mati! (mengambil sebuah cutter dari saku jaketnya) maaf, Alex. Gimanapun juga, aku mendingan mati daripada nggak sama kamu. Selamat… tinggal… (menutup mata. Hendak mengiris nadi)
Cupid              : (hanya terdengar suara) Ahahahaha~ (tertawa sambil masuk panggung)
Isabel               : (terkejut hingga membuka mata) (diam tak bersuara lalu segera menoleh kea rah Victoria) (membentak) siapa kamu?! Mau apa kamu?! Apa yang kamu ketawain? Ada yang lucu?
Cupid              : Aduh aduh… (memegangi perut karena banyak tertawa) maaf ya, suka kelepasan kalo udah ketawa. Enggak… Cuma berasa konyol aja gitu, kan? Mau bunuh diri cuma gara-gara batal nikah? Kayaknya udah nggak jaman banget gitu. Di dunia ini, banyak orang yang meskipun sakit, tetep nggak mau mati. Bunuh diri itu… sungguh kelewat mewah.
Isabel               : (tercengang) (berbicara terbata-bata) Ka… kamu sebenernya siapa? Darimana kamu tau kalo aku batal nikah? Kamu itu siapa? Maumu itu apa?! Kalo mau bercanda, sana sama yang lain!
Cupid              : (tersenyum ramah) Kamu tau? Aku selalu mengenalmu. Tau semua sifatmu, seluk belukmu. Karena aku adalah cupidmu, diperintahkan Dewi Aphrodite untuk menjagamu. Namaku Victoria.
Isabel               : (membentak) Argh! Udahlah! Mau kamu cupid atau apapun, aku nggak main-main! Aku nggak punya waktu buat nanggepin guyonanmu yang sama sekali nggak lucu itu!
Cupid              : Aku nggak akan pergi karena kamu majikanku (berdecak) ckckck… kamu itu cewek baik. Kamu nggak pantes mati bunuh diri (berjalan mengelilingi Isabel) banyak cewek yang kayak kamu, tapi mereka bertahan… belajar!
Isabel               : (terdiam)
Cupid              : (berjongkok di samping Isabel, menghadap ke arahnya) mau kutunjukkan sesuatu? Kita bakal berkeliling!
Isabel               : Apa? Kemana?
Cupid              : Ke beberapa belahan dunia! (mengulurkan tangan) yuk? Aku ajak kamu keliling dunia!
Isabel               : (ragu-ragu) jadi… kamu beneran cupid?
Cupid              : (mendengus) menurutmu? (berkacak pinggang, memandang sebal) (kembali mengulurkan tangan) ayo ikut! Kita nggak punya banyak waktu. Percaya deh sama aku!
Isabel               : Ya udah deh… (menjabat tangan)
(Cupid dan Isabel keluar panggung)

Adegan 2
Narator            : Seteleh pertemuan aneh itu, kisah Isabel masih berlanjut. Mereka dan angannya sampai di sebuah Negara bernama Athena…
Cupid              : Yap! (bertepuk tangan riang) kita sampai!
Isabel               : (tercengang dan melihat berkeliling) kita… ada dimana?
Cupid              : Welcome to… Athens!
Isabel               : Ha?! (terkejut) kita di… Athena?
Cupid              : Iya. Kita di Athena. Oh iya, jangan basa-basi lagi. Kita nggak punya waktu…
(Maia sudah duduk menangis di panggung sebelum Victoria dan Isabel masuk)
Cupid              : Lihat cewek itu… (menunjuk Maia)
Maia                : (duduk menangis sambil menulis sebuah surat)
Isabel               : (memperhatikan) dia nulis apa?
Cupid              : Coba aja kamu baca. Nggak ada yang bisa lihat kita kok…
Isabel               : (berjalan mendekati Maia)
Maia                : (menulis surat sambil masih menangis) Aku… aku cuma… (terisak) aku Cuma nggak ngerti kalo jarak yang akhirnya meruntuhkan semua janji yang pernah kamu ucapin dulu. Semua masa depan yang kita rancang di Yunani ini. Aku nggak akan pernah ngerti… kenapa jarak… malah jadi ending hubungan kita? Karena jarak beberapa mil ini… kamu lebih milih… Rhea ketimbang aku? Nggak nyangka… aku nggak pernah nyangka kamu setega itu… padahal… (memasukkan surat ke dalam botol) udah 4 tahun hubungan jarak jauh ini berjalan dan… kenapa harus sekarang berakhir? (meletakkan botol lalu menangis)
Isabel               : Ahh… (terdiam) kenapa dia nulis gitu? Dia malah nulis… nggak papa. Aku baik-baik aja. Kamu bahagia ya di sana. Cepetan nikah terus aku bakal nyusul kamu suatu saat nanti (terdiam) Apaan coba? Baik-baik aja gimana?! Dia nangis kayak gini?
Cupid              : (tersenyum) (menahan tawa)
Maia                : Udahlah… (tersenyum dan menghapus air mata) (menghanyutkan botol) selamat tinggal. Semoga kau… bahagia… (tersenyum sambil sesekali terisak dan berjalan keluar panggung)
Isabel               : (berjalan mendekati Victoria) jadi…? Apa maksudnya? Dia nangis sampe kayak gitu tapi malah nulis surat yang isinya kayak gitu?
Cupid              : (menghembuskan nafas) pikiranmu itu masih anak kecil. Pelajaran pertama. Terkadang, mengikhlaskan adalah pengubahan sudut pandang agar kita dapat melihat dan menemukan kebahagiaan kita yang lain.
Isabel               : (memandang dengan penuh tanya) cinta itu… emang rumit ya?
Cupid              : (tertawa) ahh udahlah… perjalanan masih panjang. Ayok (menggandeng Isabel keluar panggung)

Adegan 3
Narrator           : Dari Athena menuju benua Eropa. Ke sebuah Negara yang terkenal dengan menara miringnya, Italia.
(Cecilia sudah ada di panggung. Berdiri di depan air mancur sambil menggenggam koin)
Isabel               : (memandang berkeliling) kalo ini sih aku tau. Ini di Italia kan? Tepatnya di Roma? Ini di… Fountain de Trevi kan? Aku bener kan? (tersenyum bangga)
Cupid              : Iya. Bener. Kayaknya bangga banget. Baru ketebak satu kota aja senengnya udah kayak gitu (berdecak) ehh… coba lihat cewek itu (menunjuk Cecilia)
Isabel               : Dia… ngapain? (mendekati Cecilia)
Cecilia             : (menggenggam koin seperti orang berdoa) (menangis) aku disini… mau doain sahabatku, Angela. Aku berharap… (terisak) dia bisa bahagiain Victor lebih dari yang aku bisa lakuin. Dan… semoga… nggak aka nada kebencian antara aku dan Angela. Emang berat ngelupain semua kenangan-kenangan itu… tapi… (menangis sesenggukan) aku belajar. Semoga… mereka bahagia. Amin (melemparkan koin) (jatuh berlutut, masih menangis)
Isabel               : (wajah bertanya-tanya dan kembali pada Victoria) Jadi…? Aku agak nggak ngerti tentang yang ini.
Cupid              : (menggeleng-gelengkan kepala) kasihan kan? Dia pacaran sama seorang cowok yang ternyata suka sama sahabatnya sendiri. Menurutmu?
Isabel               : (terkejut) (bernada marah) waahh… itu sih bukan sahabat namanya! Sahabat kok nikung gitu… dan lagi, kok iya dia rela kasihin pacarnya ke orang lain?
Cupid              : Pelajaran kedua. Sometimes, you’ll realize that your happiness is knowing your important one was happy with someone even if it’s not you (tersenyum)
Isabel               : (terdiam membeku)
Cupid              : Enough! (menepuk pundak) perjalanan kita masih panjang (tersenyum)
(Cupid dan Isabel keluar panggung)

Adegan 4
Narrator           : Petualangan membawa mereka ke sebuah Negara indah di benua Asia. Sebuah Negara dengan beribu-ribu kepulauan dan berjuta kekayaan alam.
Isabel               : (meregangkan tangan) wahh… udaranya sejuk! Beda banget sama di London yang kota sibuk (memandang berkeliling)
Cupid              : Kita sampai. Di Negara tropis, Indonesia (tersenyum)
Isabel               : Ini… Indonesia? Keren! (memandang kagum kemudian terdiam) tapi… kenapa kita di sini?
Cupid              : Kamu lihat pohon itu? (menunjuk sebuah pohon) (melihat jam tangannya) sebentar lagi, seseorang akan datang (tersenyum)
Isabel               : (mendekati pohon dan membaca ukiran) Ratna… dan Galih?
Ratna               : (masuk panggung dengan menangis dan berjalan sempoyongan) (terjatuh lalu bangkit lagi dan mendekati pohon)
Isabel               : (terkejut dan mundur beberapa langkah)
Ratna               : (menangis sambil mengeluarkan pisau) kamu jahat Galih! Kamu jahaat!! (menghapus nama Galih dengan pisau) jangan… aku mohon jangan tinggalin aku kayak gini… Aku mohon! Plis…! Galih!! Aku mohon!! (jatuh terduduk) (bernada lemas) jangan mati…
Isabel               : (terdiam. Merasa iba kemudian berjongkok dan ingin menepuk pundak Ratna namun tak bisa)
Ratna               : (berteriak) Tuhaaann!!! Kenapa kau ambil Galih, Tuhan?!! Kenapa harus Galih?! (menunduk dan menangis)
Isabel               : (menatap iba lalu berdiri dan mendekati Victoria) Terus? Jadi… dia bakal gimana? Pasti sakit banget kalo orang yang kita sayang… ninggalin kita buat selama-lamanya…
Cupid              : (tersenyum) liat aja dulu. Belum selesai.
Isabel               : (menatap Ratna)
Ratna               : (berdiri sambil menangis) (menyentuh pohon) makasih Galih… makasih udah pernah ada dalam hidupku. Makasih udah ajarin aku apa arti cinta. Makasih… udah ajarin aku cara buat berdiri tegar… dan bertahan (tersenyum lalu menghapus air mata dan pergi keluar panggung)
Isabel               : (tercengang)
Cupid              : Kaget, kan? (tersenyum) pelajaran ketiga. Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil. Sering juga kita ngerasa Tuhan nggak adil dan cuma bisa ngerasa sakit hati, marah. Tapi sebenarnya, Dia hanya ingin menggantikannya dengan yang lebih baik dari apa yang sudah kita miliki saat ini.
Isabel               : (terdiam)
Cupid              : Udahlah (tertawa) introspeksinya nanti aja. Masih ada 2 negara lagi yang harus dikunjungi (tersenyum)
Isabel               : (menghembuskan nafas) baiklah… kapan ini semua bakal berakhir…?
(Cupid dan Isabel keluar panggung)

Adegan 5
Narator            : Mereka berdua beralih dari Negara tropis menuju sebuah Negara yang terkenal dengan actor dan aktrisnya yang berwajah sempurna. Serta dunia entertainnya yang merambah internasional.
Isabel               : Yang ini udah jelas kan? (kagum) Korea!
Cupid              : Yap! Sekarang lagi musim dingin sayangnya. Pantesan aja dingin banget (menyilangkan tangan)
Isabel               : Timingmu ngajak ke sini itu nggak tepat banget sih (tertawa) ternyata cupid juga bisa salah ya… (tertawa lebih keras) eh, ini di Korea Selatan kan? North Namsan Tower. Bener nggak?
Cupid              : Eh cupid nggak pernah salah tau! Timingnya udah pas ini! (agak membentak) iya. Ini di Namsan Tower. Punya otak toh ternyata…
Isabel               :  Ya punya lah. Namsan Tower itu kan…
Serom              : (berlari sambil menangis) (membawa sebuah kunci)
Cupid              : Nah kan! Cupid itu nggak pernah salah! Timingnya tepat tauk! Tuh! Liat cewek itu (menunjuk Serom)
Isabel               : (memperhatikan Serom) dia kenapa sih? Kayak abis dikejar setan aja… (mendekati Serom)
Serom              : (membuka sebuah gembok sambil menangis sesenggukan)
Isabel               : (membaca tulisan di gembok) Han Serom… Lee Jun Seo. Mereka kenapa?
Serom              : (menangis sambil menggenggam erat gembok) biar! Biar semua bilang aku jahat! (berteriak) benci aku! Lebih baik kamu benci aku dan cari cewek lain! (agak melunak) cewek cantik yang nggak penyakitan kayak aku. Aku… (terisak) ikhlas. Demi apapun aku bakal ikhlas. Karena aku tau… aku nggak bisa bahagiain kamu, Jun Seo, maaf. Penyakit ini udah parah, udah nggak ada harapan. Maaf… maafin aku karena udah nyakitin kamu. Maafin aku karena aku bohong. Cuma kata maaf yang bisa keluar dari mulutku… andai kamu tau seberapa sakitnya aku harus berbuat gini sama kamu (jatuh terduduk dan menangis) someday, you’ll live without me, and I’ll be watching you from Heaven. Wish you always in a happy life…
Isabel               : (sedikit terisak dan mendekati Victoria) dia… sakit apa?
Cupid              : (menatap Serom iba) kanker darah adalah alasan utama dia berbohong dan menyakiti tunangannya. Pelajaran keempat. Seseorang itu hadir dalam hidupmu untuk mengajarkanmu arti menerima dan ketika ia pergi, ia mengajarkanmu arti mengikhlaskan…
Isabel               : Ini… perjalanan ini mau sampe kapan? Aku udah nggak tahan… (terisak)
Cupid              : Sebentar lagi. Bertahanlah sebentar lagi. Perjalanan kita setelah ini… adalah yang terakhir (mengajak Isabel keluar panggung)

Adegan 6
Narrator           : Penghujung perjalanan mereka merupakan Negara yang maju dan kaya. Negeri Sakura julukannya, dimana seorang Geisha harus bisa mengenakan sepasang geta dan bertata krama.
Cupid              : Negara terakhir. Kita tiba… di Jepang. Negara maju di benua Asia.
Isabel               : (menghembuskan nafas) harus ada yang terluka lagi? Haruskah?
Cupid              : (tersenyum) masing-masing cinta memiliki memori dan rasa sakitnya sendiri-sendiri.
Yuki                : (masuk panggung) (berjalan pelan dengan tatapan kosong dan ekspresi datar) Rei, you know? A broken heart is what changes people.
Isabel               : Dia… aneh. Dia sedih, terlihat begitu menyedihkan. Tapi sama sekali nggak nangis (wajah bertanya-tanya pada Victoria)
Cupid              : (wajah iba) is she crying? (terdiam) nope. Her heart did.
Isabel               : (melihat Yuki lagi)
Yuki                : Iya. Kamu benar Rei… sahabat bakal selamanya jadi sahabat. Janji masa kecil yang kekanak-kanakan. (menangis tak bersuara sambil mengeluarkan kotak) janji bahwa suatu hari nanti akan membuka time capsule ini bersama. Janji bahwa suat hari nanti akan menikah dan hidup bahagia. Membangun sebuah rumah dengan jendela besar yang menghadap ke arah Gunung Fuji. Semuanya… siapa yang ingkar? (mengeluarkan sebuah undangan pernikahan dari saku jaketnya) siapa yang ingkari semua itu? Selama bertahun-tahun aku menunggumu, menunggu janji kita, mendukung dan mencintaimu diam-diam. Tapi… semuanya sudah pudar. Semua rasa itu sudah hilang begitu saja. Dan kini… hanya tinggal aku dan air mataku yang sepertinya hampir mengering. Secercah kenangan-kenangan indah yang memilukan. (membuka time capsule itu) janji itu… semua hanyalah janji dua orang anak kecil yang saat ini sudah tumbuh dewasa. Aku terjebak, Rei. Ya… aku terjebak dalam dunia friendzone yang menyakitkan… (tetap menangis tanpa isakan) (membawa benda-benda yang ada dalam time capsule sambil berjalan pergi. Meninggalkan kotak time capsule itu di panggung)
Isabel               : (memandang Victoria) jadi… mereka terjebak friendzone gitu? Si cewek yang diam-diam suka dan cowoknya selama itu nggak tau dan nggak mau hubungan mereka jadi lebih?
Cupid              : (tersenyum) mereka berdua sama-sama saling menyukai. Namun keduanya sama-sama takut mengungkapkan karena kalo salah satunya menolak, persahabatan mereka bakal rusak. Karena itu, Rei yang akhirnya coba buka hati buat cewek lain dan sekarang… dia udah mau nikah.
Isabel               : Ya ampun… rugi kan kalo gitu! Duh… mereka ini (sebal)
Cupid              : Nggak ada yang salah dan nggak ada yang bisa disalahkan. Semua udah kehendak mereka sendiri. Tapi lambat laun, Yuki bakal sadar, apa yang Rei tulis di surat dalam kotak itu. Saat dia membacanya. (tersenyum) dia berusaha mengikhlaskan. Pelajaran terakhir. Sometimes… love means letting go.
Isabel               : (terdiam) semuanya… semua pelajaran itu… mengarah ke aku kan?
Cupid              : Iyap. Itu alasan mengapa aku mengajakmu berkeliling. Supaya kamu sadar. Nggak cuma kamu, cewek yang tersakiti di dunia ini. Ada banyak yang lebih tersakiti dari kamu, tapi mereka bertahan. Karena mereka berusaha menguatkan hati dan berpikir, bahwa suatu saat nanti, ada yang memang benar-benar ditakdirkan untuk mereka (tersenyum)
Isabel               : (menghembuskan nafas lega) (tersenyum) iya. Life must goes on… bodoh banget aku mau bunuh diri cuma gara-gara cowok nggak konsekuen kayak dia itu!
Cupid              : Pelajaran buat kamu. Tuhan memisahkan kalian sekarang adalah jalan yang lebih baik, daripada Ia memisahkan kalian ketika kalian sudah membangun rumah tangga. (mengulurkan tangan) ayo. Kita kembali. Dan aku akan menghilang.
Isabel               : Iya? (memandang bertanya) memang gitu ya tugas cupid. Baiklah (tersenyum dan menyambut uluran tangan Victoria)
(Cupid dan Isabel keluar panggung)
Narrator           : Di setiap kisah cinta, selalu ada tawa. Selalu ada air mata. Selalu ada kenangan. Melangkah maju bukan berarti menghapuskan kenangan-kenangan yang pernah ada itu, namun lebih tepatnya… menghapuskan segala perasaan yang pernah ada saat itu. Dan di setiap masalah, selalu ada jalan keluar bila kita setidaknya mengubah cara pikir dan sudut pandang kita terhadap segala sesuatunya. Selalu ada kebahagiaan setelah tangisan. Tuhan tak pernah tertidur. Everyone wants happiness, no one wants pain. But you can’t have a rainbow, without a little rain… heartbreak is a blessing from God. It’s just his way of letting you realize that he saved you from the wrong one. And when you finally let go of the past, something better comes along...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar