Sepotong
Cinta Belahan Bumi
Adegan 1
Narator : Berbagai Negara memiliki kisah
cintanya sendiri-sendiri. Memiliki sejarah romantis yang berbeda-beda. Juga
memiliki akhir yang tak selalu sama. Kisah ini berawal dari cerita seorang
gadis di London. Seorang gadis yang merasa hidupnya tak berarti lagi sejak
tunangannya membatalkan pernikahan begitu saja tepat di hari itu, hari
Valentine kelam itu…
(Isabel sudah
berada di panggung. Duduk sendiri)
Isabel : (Memandangi sebuah surat
undangan pernikahan) HAHAHA~ (tertawa keras kemudian menangis) Rachel memang
lebih baik dari aku. Gimanapun juga, dari awal hubungan kita pun, aku tau kalo
aku nggak pernah cocok sama Alex. Aku sadar! Tapi… (menunduk, masih menangis)
gimanapun juga, aku udah terlanjur sayang sama dia. I’m just love him and only
him. Just… wanna be with him. Am I wrong? Apa aku salah kalo aku sayang kamu?
Kalo emang sayang sama kamu itu sebuah kesalahan… aku mending milih mati!
(mengambil sebuah cutter dari saku jaketnya) maaf, Alex. Gimanapun juga, aku mendingan
mati daripada nggak sama kamu. Selamat… tinggal… (menutup mata. Hendak mengiris
nadi)
Cupid : (hanya terdengar suara)
Ahahahaha~ (tertawa sambil masuk panggung)
Isabel : (terkejut hingga membuka mata)
(diam tak bersuara lalu segera menoleh kea rah Victoria) (membentak) siapa
kamu?! Mau apa kamu?! Apa yang kamu ketawain? Ada yang lucu?
Cupid : Aduh aduh… (memegangi perut
karena banyak tertawa) maaf ya, suka kelepasan kalo udah ketawa. Enggak… Cuma
berasa konyol aja gitu, kan? Mau bunuh diri cuma gara-gara batal nikah?
Kayaknya udah nggak jaman banget gitu. Di dunia ini, banyak orang yang meskipun
sakit, tetep nggak mau mati. Bunuh diri itu… sungguh kelewat mewah.
Isabel : (tercengang) (berbicara
terbata-bata) Ka… kamu sebenernya siapa? Darimana kamu tau kalo aku batal
nikah? Kamu itu siapa? Maumu itu apa?! Kalo mau bercanda, sana sama yang lain!
Cupid : (tersenyum ramah) Kamu tau? Aku
selalu mengenalmu. Tau semua sifatmu, seluk belukmu. Karena aku adalah cupidmu,
diperintahkan Dewi Aphrodite untuk menjagamu. Namaku Victoria.
Isabel : (membentak) Argh! Udahlah! Mau
kamu cupid atau apapun, aku nggak main-main! Aku nggak punya waktu buat
nanggepin guyonanmu yang sama sekali nggak lucu itu!
Cupid : Aku nggak akan pergi karena kamu
majikanku (berdecak) ckckck… kamu itu cewek baik. Kamu nggak pantes mati bunuh
diri (berjalan mengelilingi Isabel) banyak cewek yang kayak kamu, tapi mereka
bertahan… belajar!
Isabel : (terdiam)
Cupid : (berjongkok di samping Isabel,
menghadap ke arahnya) mau kutunjukkan sesuatu? Kita bakal berkeliling!
Isabel : Apa? Kemana?
Cupid : Ke beberapa belahan dunia!
(mengulurkan tangan) yuk? Aku ajak kamu keliling dunia!
Isabel : (ragu-ragu) jadi… kamu beneran
cupid?
Cupid : (mendengus) menurutmu? (berkacak
pinggang, memandang sebal) (kembali mengulurkan tangan) ayo ikut! Kita nggak
punya banyak waktu. Percaya deh sama aku!
Isabel : Ya udah deh… (menjabat tangan)
(Cupid dan
Isabel keluar panggung)
Adegan 2
Narator : Seteleh pertemuan aneh itu, kisah
Isabel masih berlanjut. Mereka dan angannya sampai di sebuah Negara bernama
Athena…
Cupid : Yap! (bertepuk tangan riang)
kita sampai!
Isabel : (tercengang dan melihat
berkeliling) kita… ada dimana?
Cupid : Welcome to… Athens!
Isabel : Ha?! (terkejut) kita di…
Athena?
Cupid : Iya. Kita di Athena. Oh iya,
jangan basa-basi lagi. Kita nggak punya waktu…
(Maia sudah duduk menangis di panggung sebelum Victoria dan
Isabel masuk)
Cupid :
Lihat cewek itu… (menunjuk Maia)
Maia :
(duduk menangis sambil menulis sebuah surat)
Isabel :
(memperhatikan) dia nulis apa?
Cupid :
Coba aja kamu baca. Nggak ada yang bisa lihat kita kok…
Isabel :
(berjalan mendekati Maia)
Maia : (menulis surat sambil masih
menangis) Aku… aku cuma… (terisak) aku Cuma nggak ngerti kalo jarak yang
akhirnya meruntuhkan semua janji yang pernah kamu ucapin dulu. Semua masa depan
yang kita rancang di Yunani ini. Aku nggak akan pernah ngerti… kenapa jarak…
malah jadi ending hubungan kita? Karena jarak beberapa mil ini… kamu lebih
milih… Rhea ketimbang aku? Nggak nyangka… aku nggak pernah nyangka kamu setega
itu… padahal… (memasukkan surat ke dalam botol) udah 4 tahun hubungan jarak
jauh ini berjalan dan… kenapa harus sekarang berakhir? (meletakkan botol lalu
menangis)
Isabel : Ahh… (terdiam) kenapa dia nulis
gitu? Dia malah nulis… nggak papa. Aku baik-baik aja. Kamu bahagia ya di sana.
Cepetan nikah terus aku bakal nyusul kamu suatu saat nanti (terdiam) Apaan
coba? Baik-baik aja gimana?! Dia nangis kayak gini?
Cupid : (tersenyum) (menahan tawa)
Maia : Udahlah… (tersenyum dan
menghapus air mata) (menghanyutkan botol) selamat tinggal. Semoga kau… bahagia…
(tersenyum sambil sesekali terisak dan berjalan keluar panggung)
Isabel : (berjalan mendekati Victoria)
jadi…? Apa maksudnya? Dia nangis sampe kayak gitu tapi malah nulis surat yang
isinya kayak gitu?
Cupid : (menghembuskan nafas) pikiranmu
itu masih anak kecil. Pelajaran pertama. Terkadang, mengikhlaskan adalah
pengubahan sudut pandang agar kita dapat melihat dan menemukan kebahagiaan kita
yang lain.
Isabel : (memandang dengan penuh tanya)
cinta itu… emang rumit ya?
Cupid : (tertawa) ahh udahlah…
perjalanan masih panjang. Ayok (menggandeng Isabel keluar panggung)
Adegan 3
Narrator : Dari Athena menuju benua Eropa. Ke
sebuah Negara yang terkenal dengan menara miringnya, Italia.
(Cecilia sudah
ada di panggung. Berdiri di depan air mancur sambil menggenggam koin)
Isabel : (memandang berkeliling) kalo
ini sih aku tau. Ini di Italia kan? Tepatnya di Roma? Ini di… Fountain de Trevi
kan? Aku bener kan? (tersenyum bangga)
Cupid : Iya. Bener. Kayaknya bangga
banget. Baru ketebak satu kota aja senengnya udah kayak gitu (berdecak) ehh…
coba lihat cewek itu (menunjuk Cecilia)
Isabel : Dia… ngapain? (mendekati
Cecilia)
Cecilia : (menggenggam koin seperti orang
berdoa) (menangis) aku disini… mau doain sahabatku, Angela. Aku berharap…
(terisak) dia bisa bahagiain Victor lebih dari yang aku bisa lakuin. Dan…
semoga… nggak aka nada kebencian antara aku dan Angela. Emang berat ngelupain
semua kenangan-kenangan itu… tapi… (menangis sesenggukan) aku belajar. Semoga… mereka
bahagia. Amin (melemparkan koin) (jatuh berlutut, masih menangis)
Isabel : (wajah bertanya-tanya dan
kembali pada Victoria) Jadi…? Aku agak nggak ngerti tentang yang ini.
Cupid : (menggeleng-gelengkan kepala)
kasihan kan? Dia pacaran sama seorang cowok yang ternyata suka sama sahabatnya
sendiri. Menurutmu?
Isabel : (terkejut) (bernada marah)
waahh… itu sih bukan sahabat namanya! Sahabat kok nikung gitu… dan lagi, kok
iya dia rela kasihin pacarnya ke orang lain?
Cupid : Pelajaran kedua. Sometimes, you’ll
realize that your happiness is knowing your important one was happy with
someone even if it’s not you (tersenyum)
Isabel : (terdiam membeku)
Cupid : Enough! (menepuk pundak)
perjalanan kita masih panjang (tersenyum)
(Cupid dan
Isabel keluar panggung)
Adegan 4
Narrator : Petualangan membawa mereka ke
sebuah Negara indah di benua Asia. Sebuah Negara dengan beribu-ribu kepulauan
dan berjuta kekayaan alam.
Isabel : (meregangkan tangan) wahh…
udaranya sejuk! Beda banget sama di London yang kota sibuk (memandang
berkeliling)
Cupid : Kita sampai. Di Negara tropis,
Indonesia (tersenyum)
Isabel : Ini… Indonesia? Keren!
(memandang kagum kemudian terdiam) tapi… kenapa kita di sini?
Cupid : Kamu lihat pohon itu? (menunjuk
sebuah pohon) (melihat jam tangannya) sebentar lagi, seseorang akan datang
(tersenyum)
Isabel : (mendekati pohon dan membaca
ukiran) Ratna… dan Galih?
Ratna : (masuk panggung dengan menangis
dan berjalan sempoyongan) (terjatuh lalu bangkit lagi dan mendekati pohon)
Isabel : (terkejut dan mundur beberapa
langkah)
Ratna : (menangis sambil mengeluarkan
pisau) kamu jahat Galih! Kamu jahaat!! (menghapus nama Galih dengan pisau)
jangan… aku mohon jangan tinggalin aku kayak gini… Aku mohon! Plis…! Galih!!
Aku mohon!! (jatuh terduduk) (bernada lemas) jangan mati…
Isabel : (terdiam. Merasa iba kemudian
berjongkok dan ingin menepuk pundak Ratna namun tak bisa)
Ratna : (berteriak) Tuhaaann!!! Kenapa
kau ambil Galih, Tuhan?!! Kenapa harus Galih?! (menunduk dan menangis)
Isabel : (menatap iba lalu berdiri dan
mendekati Victoria) Terus? Jadi… dia bakal gimana? Pasti sakit banget kalo
orang yang kita sayang… ninggalin kita buat selama-lamanya…
Cupid : (tersenyum) liat aja dulu. Belum
selesai.
Isabel : (menatap Ratna)
Ratna : (berdiri sambil menangis)
(menyentuh pohon) makasih Galih… makasih udah pernah ada dalam hidupku. Makasih
udah ajarin aku apa arti cinta. Makasih… udah ajarin aku cara buat berdiri
tegar… dan bertahan (tersenyum lalu menghapus air mata dan pergi keluar
panggung)
Isabel : (tercengang)
Cupid : Kaget, kan? (tersenyum)
pelajaran ketiga. Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil. Sering juga kita
ngerasa Tuhan nggak adil dan cuma bisa ngerasa sakit hati, marah. Tapi
sebenarnya, Dia hanya ingin menggantikannya dengan yang lebih baik dari apa
yang sudah kita miliki saat ini.
Isabel : (terdiam)
Cupid : Udahlah (tertawa) introspeksinya
nanti aja. Masih ada 2 negara lagi yang harus dikunjungi (tersenyum)
Isabel : (menghembuskan nafas) baiklah…
kapan ini semua bakal berakhir…?
(Cupid dan
Isabel keluar panggung)
Adegan 5
Narator : Mereka berdua beralih dari Negara
tropis menuju sebuah Negara yang terkenal dengan actor dan aktrisnya yang
berwajah sempurna. Serta dunia entertainnya yang merambah internasional.
Isabel : Yang ini udah jelas kan?
(kagum) Korea!
Cupid : Yap! Sekarang lagi musim dingin
sayangnya. Pantesan aja dingin banget (menyilangkan tangan)
Isabel : Timingmu ngajak ke sini itu
nggak tepat banget sih (tertawa) ternyata cupid juga bisa salah ya… (tertawa
lebih keras) eh, ini di Korea Selatan kan? North Namsan Tower. Bener nggak?
Cupid : Eh cupid nggak pernah salah tau!
Timingnya udah pas ini! (agak membentak) iya. Ini di Namsan Tower. Punya otak
toh ternyata…
Isabel :
Ya punya lah. Namsan Tower itu kan…
Serom : (berlari sambil menangis)
(membawa sebuah kunci)
Cupid : Nah kan! Cupid itu nggak pernah
salah! Timingnya tepat tauk! Tuh! Liat cewek itu (menunjuk Serom)
Isabel : (memperhatikan Serom) dia
kenapa sih? Kayak abis dikejar setan aja… (mendekati Serom)
Serom : (membuka sebuah gembok sambil
menangis sesenggukan)
Isabel : (membaca tulisan di gembok) Han
Serom… Lee Jun Seo. Mereka kenapa?
Serom : (menangis sambil menggenggam
erat gembok) biar! Biar semua bilang aku jahat! (berteriak) benci aku! Lebih
baik kamu benci aku dan cari cewek lain! (agak melunak) cewek cantik yang nggak
penyakitan kayak aku. Aku… (terisak) ikhlas. Demi apapun aku bakal ikhlas.
Karena aku tau… aku nggak bisa bahagiain kamu, Jun Seo, maaf. Penyakit ini udah
parah, udah nggak ada harapan. Maaf… maafin aku karena udah nyakitin kamu.
Maafin aku karena aku bohong. Cuma kata maaf yang bisa keluar dari mulutku…
andai kamu tau seberapa sakitnya aku harus berbuat gini sama kamu (jatuh
terduduk dan menangis) someday, you’ll live without me, and I’ll be watching
you from Heaven. Wish you always in a happy life…
Isabel : (sedikit terisak dan mendekati
Victoria) dia… sakit apa?
Cupid : (menatap Serom iba) kanker darah
adalah alasan utama dia berbohong dan menyakiti tunangannya. Pelajaran keempat.
Seseorang itu hadir dalam hidupmu untuk mengajarkanmu arti menerima dan ketika
ia pergi, ia mengajarkanmu arti mengikhlaskan…
Isabel : Ini… perjalanan ini mau sampe
kapan? Aku udah nggak tahan… (terisak)
Cupid : Sebentar lagi. Bertahanlah
sebentar lagi. Perjalanan kita setelah ini… adalah yang terakhir (mengajak
Isabel keluar panggung)
Adegan 6
Narrator : Penghujung perjalanan mereka
merupakan Negara yang maju dan kaya. Negeri Sakura julukannya, dimana seorang
Geisha harus bisa mengenakan sepasang geta dan bertata krama.
Cupid : Negara terakhir. Kita tiba… di
Jepang. Negara maju di benua Asia.
Isabel : (menghembuskan nafas) harus ada
yang terluka lagi? Haruskah?
Cupid : (tersenyum) masing-masing cinta
memiliki memori dan rasa sakitnya sendiri-sendiri.
Yuki : (masuk panggung) (berjalan
pelan dengan tatapan kosong dan ekspresi datar) Rei, you know? A broken heart
is what changes people.
Isabel : Dia… aneh. Dia sedih, terlihat
begitu menyedihkan. Tapi sama sekali nggak nangis (wajah bertanya-tanya pada
Victoria)
Cupid : (wajah iba) is she crying?
(terdiam) nope. Her heart did.
Isabel : (melihat Yuki lagi)
Yuki : Iya. Kamu benar Rei… sahabat
bakal selamanya jadi sahabat. Janji masa kecil yang kekanak-kanakan. (menangis
tak bersuara sambil mengeluarkan kotak) janji bahwa suatu hari nanti akan
membuka time capsule ini bersama. Janji bahwa suat hari nanti akan menikah dan
hidup bahagia. Membangun sebuah rumah dengan jendela besar yang menghadap ke
arah Gunung Fuji. Semuanya… siapa yang ingkar? (mengeluarkan sebuah undangan
pernikahan dari saku jaketnya) siapa yang ingkari semua itu? Selama
bertahun-tahun aku menunggumu, menunggu janji kita, mendukung dan mencintaimu
diam-diam. Tapi… semuanya sudah pudar. Semua rasa itu sudah hilang begitu saja.
Dan kini… hanya tinggal aku dan air mataku yang sepertinya hampir mengering.
Secercah kenangan-kenangan indah yang memilukan. (membuka time capsule itu)
janji itu… semua hanyalah janji dua orang anak kecil yang saat ini sudah tumbuh
dewasa. Aku terjebak, Rei. Ya… aku terjebak dalam dunia friendzone yang
menyakitkan… (tetap menangis tanpa isakan) (membawa benda-benda yang ada dalam
time capsule sambil berjalan pergi. Meninggalkan kotak time capsule itu di
panggung)
Isabel : (memandang Victoria) jadi…
mereka terjebak friendzone gitu? Si cewek yang diam-diam suka dan cowoknya
selama itu nggak tau dan nggak mau hubungan mereka jadi lebih?
Cupid : (tersenyum) mereka berdua
sama-sama saling menyukai. Namun keduanya sama-sama takut mengungkapkan karena
kalo salah satunya menolak, persahabatan mereka bakal rusak. Karena itu, Rei yang
akhirnya coba buka hati buat cewek lain dan sekarang… dia udah mau nikah.
Isabel : Ya ampun… rugi kan kalo gitu!
Duh… mereka ini (sebal)
Cupid : Nggak ada yang salah dan nggak
ada yang bisa disalahkan. Semua udah kehendak mereka sendiri. Tapi lambat laun,
Yuki bakal sadar, apa yang Rei tulis di surat dalam kotak itu. Saat dia
membacanya. (tersenyum) dia berusaha mengikhlaskan. Pelajaran terakhir.
Sometimes… love means letting go.
Isabel : (terdiam) semuanya… semua
pelajaran itu… mengarah ke aku kan?
Cupid : Iyap. Itu alasan mengapa aku
mengajakmu berkeliling. Supaya kamu sadar. Nggak cuma kamu, cewek yang
tersakiti di dunia ini. Ada banyak yang lebih tersakiti dari kamu, tapi mereka
bertahan. Karena mereka berusaha menguatkan hati dan berpikir, bahwa suatu saat
nanti, ada yang memang benar-benar ditakdirkan untuk mereka (tersenyum)
Isabel : (menghembuskan nafas lega)
(tersenyum) iya. Life must goes on… bodoh banget aku mau bunuh diri cuma
gara-gara cowok nggak konsekuen kayak dia itu!
Cupid : Pelajaran buat kamu. Tuhan
memisahkan kalian sekarang adalah jalan yang lebih baik, daripada Ia memisahkan
kalian ketika kalian sudah membangun rumah tangga. (mengulurkan tangan) ayo.
Kita kembali. Dan aku akan menghilang.
Isabel : Iya? (memandang bertanya)
memang gitu ya tugas cupid. Baiklah (tersenyum dan menyambut uluran tangan
Victoria)
(Cupid dan
Isabel keluar panggung)
Narrator : Di setiap kisah cinta, selalu ada
tawa. Selalu ada air mata. Selalu ada kenangan. Melangkah maju bukan berarti
menghapuskan kenangan-kenangan yang pernah ada itu, namun lebih tepatnya…
menghapuskan segala perasaan yang pernah ada saat itu. Dan di setiap masalah,
selalu ada jalan keluar bila kita setidaknya mengubah cara pikir dan sudut
pandang kita terhadap segala sesuatunya. Selalu ada kebahagiaan setelah
tangisan. Tuhan tak pernah tertidur. Everyone wants happiness, no one wants
pain. But you can’t have a rainbow, without a little rain… heartbreak is a
blessing from God. It’s just his way of letting you realize that he saved you
from the wrong one. And when you finally let go of the past, something better
comes along...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar