Salam Perkenalan

Hey Guys and Gurls! Blog ini bukan private blog yang artinya di sini ada banyak banget informasi, lirik, dan berbagai macam tulisan yang pastinya cool and interested to the max! So, if you like it, just post a comment and I'll read it soon, surely. And sure, kalian juga bisa kasih kritik dan saran buat blog ini supaya bisa maju dan nggak cuma gini-gini doang. So, it’s our kingdom, will you join with us?

Minggu, 18 Agustus 2013

Masih Banyak Bintang Bersinar di Langit

Masih Banyak Bintang Bersinar di Langit
Oleh: Krista Oudhiya
           
“Pagi berganti siang. Siang berganti malam. Malam kembali pagi. Hari-hari kulewati dengan monoton. Nggak pernah ada dan tak’kan pernah ada yang membuat hariku menjadi special dan sangat bermakna dalam hidupku yang hanya sekali seumur hidup.” Gumam Revanz.
            “Udahlah, kamu nggak boleh gitu. Hidup ini kan seperti roda yang berputar. Kadang kita di bawah, kadangpula kita di atas. Semua itu pasti akan terjadi. Dan yang jadi masalahnya yaitu, kita nggak tau kapan posisi di atas itu kita alami karena kita emang nggak tau. Semua itu kan udah diatur sama Yang Di Atas, Vanz. Kita nikmati aja apa yang ada.” Renn, menasihati Revanz sambil asyik menikmati kacang kulit yang baru dibelinya di kantin.

            “Iya, sih. Tapi, sampai kapan aku harus menunggu, menunggu, dan menunggu? Aku udah bosen banget hidup! Mama kerja tiap hari. Berangkat subuh, pulang tengah malem. Papa juga sering ikut bisnis-bisnis nggak jelas! Nggak tau kenapa papa tuh tergila-gila banget sama bisnisnya! Bisa-bisa, bisnis itu dijadiin istri keduanya lagi! Huh! Apalagi aku itu anak tunggal, mana ada orang yang bisa nemenin aku? Mbok Yah, pembantuku? Dia itu sibuk banget ngurus rumah. Hmmm… ya tinggal kamu aja yang bisa aku ajak ke rumah. Kalo pacar, mana mungkin? Nggak ada yang bakalan mau sama orang jelek kayak aku ini. Hidupku ini kayak udah tinggal sebatang kara aja. Sendiri!” keluh Revanz di sudut kantin yang sepi.
            “Emmm, oke, Vanz! Aku akan selalu nemenin kamu. Kita kan friend! Hahaha… kalo soal pacar, aku nggak bisa sepenuhnya ngebantuin kamu soalnya, jodoh kan di tangan Tuhan. Tapi apa salahnya kalo aku ikut usul. Mmm, aku mau usul, gimana kalo kamu tembak aja si Sylla. Kamu kan udah lama suka sama dia dan keliatannya dia juga suka sama kamu.” Renn mengusulkan.
            “Hah?!! Sylla?!! Kamu ngomong apaan sih? Sylla itu emang first loveku tapi itu kan dulu. Pas masih kelas 10. Sekarang kan udah kelas 12 mau lulusan!” Revanz terkaget.
            “Iya sih. Tapi, kamu kan masih punya feel sama dia kan? Hehehee… udahlah, tembak aja lagi! Mumpung dia masih jomblo. Eh, apa mungkin selama 2 taun ini dia ngejomblo karena dia nungguin kamu? Bisa jadi! Ayo, Vanz, tunggu apa lagi!” kata Renn sungguh bersemangat.
            “Hmmm… iya sih. Tapi masalahnya, apa mungkin dia bisa nerima aku? Udah deh, nggak usah bahas ini lagi. Aku lagi males banget, nih!” ujar Revanz lemas tak bersemangat.
            “Huft… ya udahlah kalo itu mau kamu.” Sahut Renn mengakhiri.

            Esoknya,
            Secara tak sengaja, Sylla dan Revanz secara khusus dipanggil Bapak Kepala Sekolah di ruang Kepsek. Revanz terlihat bingung sekali. Ia takut kalau-kalau ia mendapat surat peringatan karena telah melanggar tata tertib sekolah. Namun, ia tak yakin pula karena ia merasa tak berbuat apa-apa yang melanggar tata tertib sekolah.
            “Ya sudahlah, aku datengin aja. Biar aja nanti mau diapain sama kepsek.” Revanz pasrah.
            Saat ia berjalan di koridor kelas menuju ruang kepsek, tiba-tiba ia bertemu dengan Sylla yang juga berjalan menuju ruang kepsek.
            “Hai, Vanz!” sapa Sylla.
            “Dug! Dug! Dug!” Jantung Revanz berdegup kencang tak karuan bahkan mengalahkan detak jantung tikus sekalipun yang cepat.
Dengan perasaan yang campur aduk, Revanz mencoba untuk membalas sapaan Sylla, sang pujaan hatinya itu.
            “Engh… Oh… Ha.. Hai.. Juga, La. Emh… ka.. ka.. kamu mau kemana?” tanya Revanz terbata-bata.
Dengan lancar, Sylla menjawab, “Oh, aku mau ke ruang kepsek. Katanya kita berdua dipanggil ya? Aku sendiri sih juga nggak tau mau diapain. Hahaha…”
Sekalipun Sylla bergurau, wajah Revanz pun memerah seketika. Mulutnya serasa tak sanggup lagi berkata karena baru kali ini ia berbincang-bincang langsung dengan Sylla. Maklum lah, biasanya Revanz malah bersembunyi untuk menghindari pertemuannya dengan Sylla yang pasti akan membuat jantungnya kambuh.
            “Oh ya udah deh kalo gitu, kita ke sana barengan aja!” ajak Revanz yang kini mulai nggak malu-malu lagi. Dan untungnya, kecepatan jantungnya agak berkurang.
Kemudian mereka berjalan menuju ruang kepsek.

            Pulang sekolah… 
            Revanz kembali bercerita-cerita dengan sohib cowoknya, ya siapa lagi kalo bukan Renn. Selain memiliki solusi-solusi yang tepat, Renn juga mempunyai sifat kedewasaan. Jadi, ia merasa curhat dengan kakak sendiri, padahal kenyataanya umur Revanz lebih tua 6 bulan dengan Renn.
            “Hey, gimana nih?” tanya Revanz agak ragu.
            “Hah?! Gimana apanya?” tanya balik Renn karena nggak tau maksud Revanz.
            “Itu lho… Sylla!” jawab Revanz singkat.
            “Oh… Kenapa sama Sylla? Bukannya tadi di sekolah kamu sama Sylla udah dibilangin sama kepsek buat ikutan olimpiade MIPA? Trus, kenapa lagi? Ada pertanyaan? Makanya, kalo ada yang nggak jelas tanya sama kepseknya donk! Jangan sama aku.” pungkas Renn bingung.
            “Duh, bukan gitu! Maksudku, hari ini tuh rekor kemenanganku sama Sylla!” jelas Revanz.
            “Lho, bukannya kamu sama Sylla belum lomba ya? Kan baru didaftarin! Masa udah menang duluan sebelum lomba? Aneh banget ih!” ujar Renn sambil membaca buku bacaannya.
            “Duh, blo’onnya kumat deh…. Maksudku, hari ini tuh adalah hari pertama dimana aku bisa menatap matanya yang indah, menyebut namanya dengan senyuman,  dan jalan bareng sama dia, meskipun Cuma jalan ke ruang kepsek. =,=’  ” terang Revanz sambil merebut buku yang dibaca Renn.
            “Oh… gitu! Ya udah capcus ciin! Tembak aja! Mungkin ini adalah petunjuk Tuhan buat kamu biar kamu cepet nembak dia. Selama ini kan dia nunggu kamu terus tuh! Udah buruan gih! Sebelum jatuh ke lain hati lho!” kata Renn sambil merebut kembali buku bacaan yang telah direbut Revanz.
            “Sip! Pikiranku udah berubah. Sekarang aku yakin dengan perasaanku ini.” jawab Revanz singkat.

            Esoknya,
            “Tekadku udah bulat. Aku mau nembak Sylla sekarang! Detik ini juga! Hahaha….” Katanya dengan berapi-api.
            “Oh ya udah, sono pergi, gih!” sahut Renn sambil menghisap lolipop yang masih ada di mulutnya.
            “Oke.” Ujarnya semangat.
            Karena Revanz malu untuk mengungkapkan perasaannya dengan sendiri, maka ia pun berniat untuk memberikan sepucuk surat yang berisi tentang perasaannya itu. Surat itu telah ia buat sehari semalam. Bahkan ia pun rela nggak tidur demi merangkai kata demi kata agar menciptakan sebuah paragraf yang bermakna.
Sylla, telah lama ku pendam perasaan ini. Ku buang jauh-jauh perasaanku dengan wanita lain karena hanya kaulah yang mampu meruntuhkan gunung cintaku. Di antara seribu makhluk ciptaanNya, hanya kau satu-satunya yang terindah bagiku. Ku merasa tenang saat bersamamu. Kau adalah bagian terpenting dalam hidupku. Saat ku tak memandang indah wajahmu, ku merasa lesu tak bersemangat.
Andai kau tau dalamnya rasa cintaku padamu, La…
Aku sangat membutuhkan dirimu untuk hadir dalam setiap langkah hidupku…
Melalui surat yang sederhana ini, kan ku tunggu jawabanmu…

Ya, begitulah isi surat yang telah dibuat Revanz dan ditujukan untuk Sylla, sang pujaan hatinya.
Dengan berhati-hati dan bersembunyi, ia mulai memasukkan surat itu ke dalam tas Sylla saat jam istirahat. Kebetulan waktu itu, Sylla masih berada di perpustakaan bersama beberapa temannya.
            Saat bel berbunyi, semua anak pun memasuki ruangannya masing-masing tak terkecuali Sylla, gadis yang diidam-idamkan Revanz.
Ia menuju ke bangkunya dan mengambil sebuah buku dari dalam tasnya. Namun apa yang terjadi? Ia menemukan sepucuk surat beramplop warna pink, yang kata orang menandakan warna kasih sayang.
            “Apa ini? Oh, rupanya surat! Tapi, dari siapa ya? Mmm… Revanz? Ada apa dia menaruh surat ini di dalam tasku ya? Ah, coba ku buka saja…” gumamnya sedari tadi.
            Kemudian Sylla membaca surat itu perlahan dan memhaminya.
            “Hah, apa maksudnya ini? Dia minta aku jadi pacarnya? Ah, nggak mungkin! Aneh-aneh aja sih Revanz ini. Apa dia belum tau kalo aku udah punya pacar kali ya?” pikir Sylla.
            Saat pulang sekolah, Sylla berniat menemui Revanz di taman belakang sekolah yang selalu sepi.
Tentu Revanz sangat senang karena ia mengira bahwa Sylla pasti menerimanya. Berdasarkan informasi yang diketahui Revanz, Sylla belum punya pacar, oleh karena itu ia beranikan diri untuk menyatakan perasaannya.
Namun, kadang harapan tak sesuai dengan yang apa kita inginkan. Contonhya saja seperti saat siang itu.
            “Hai, La! Gimana, udah nentuin jawabannya?” sapa Revanz dengan ramah.
            “Mmm… langsung aja ya, Vanz. Sebenarnya aku…” Sylla ragu untuk menjawab karena takut bila perkataannya menyakiti hati Revanz.
            “Udah, bilang aja, La. Aku akan terima apapun  jawabanmu. J” lanjut Revanz bersemangat.
            “Maaf, Vanz. Aku nggak bermaksud menyakiti kamu, tapi sebenarnya tanpa kamu ketahui, aku udah punya pacar hanya saja kamu yang nggak pernah tau. Sekali lagi maaf, Vanz.” Tegas Sylla.
            “Hah?!! Yang benar aja kamu! Aku sama sekali nggak percaya! Kamu nggak pernah cerita sama aku kalo sebenernya kamu udah punya pacar. L” balas Revanz kaget tak percaya…
            “Maaf, Vanz. Sekali lagi aku minta maaf sama kamu. Aku harap kamu bisa nerima jawabanku dengan ikhlas. Aku juga berharap agar kamu bisa mendapatkan yang lebih baik daripada aku. Maaf, Vanz, aku harus segera pulang.” Kata Sylla, seraya meninggalkan Revanz yang masih berdiri sambil terdiam.
            Revanz masih terdiam…
Ia meratapi pernyataan Sylla yang baru saja terdengar.
Meski perkataan itu sangat sulit untuk dihapus dari memory ingatannya, namun, ia terus terngiangi dengan jelas.
            “Maaf Vanz, tanpa kamu ketahui, aku sebenarnya udah punya pacar…”
            Ia kembali terdiam…
Masih terbayang senyum manisnya saat pertama bertemu, namun semua itu seakan telah pudar.
            “Thanks buat jawabanmu, La. Aku seneng karena kamu udah memberi jawaban yang terbaik buat aku dan hidupku. Aku akan mencoba melupakanmu meski itu terasa sangat sakit dan sulit untuk aku jalanin. Dan aku berjanji, aku ingin mewujudkan harapanmu. Aku masih ingin meraih bintang bersinar terang lainnya di langit, selain kamu...” lirih Revanz seraya menatapi kepergian Sylla.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar